Perkenalkan namaku
Roosin, aku adalah seorang pemuda biasa yang sedang menikmati kehidupaku
bersama teman-temanku. Dan aku bekerja di sebuah restoran cepat saji tidak jauh
dari apartemen tempat aku tinggal.
Restoran tempat aku kerja buka dari pukul 10.00 pagi
sampai jam 6.00 sore. Dan Sepulang dari restoran tentu saja aku berkumpul di
bersama teman-temanku. Ya, walaupun penghasilanku tidak terlalu besar, aku menikmati kondisiku
saat ini, aku memang tidak pernah berharap banyak tentang masa depan, hanya
mengikuti alur waktu yang terus berjalan.
Tapi hari ini waktu yang ku harap terus berjalan seperti biasa
harus terhenti, dan aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Hari yang sama
terus saja terulang tanpa aku ketahui hari apakah sebenarnya sekarang.
Ya, hari itu aku bangun pagi seperti bisa, dari
apartemenku aku berjalan ke halte bis yang jaraknya tidak terlalu jauh. Aku
cukup beruntung bisa menyewa apartemen murah untuk sebuah kawasan yang ramai
seperti ini, walapun untuk menempuh restoran tempat aku kerja, aku butuh bis
untuk bisa ke sana.
Ketika aku sampai di halte bus itulah, keanehan dah
tragedy itu terjadi. Orang-orang di sekelilingku tiba-tiba satu persatu
menghilang, lenyap tak diketahui sebabnya. Orang-orang yang berada disekitarku
yang belum hilang pun ikut kebingungan, sampai akhirnya pandanganku menjadi
gelap dan aku benar-benar tidak bisa melihat apa-apa.
Saat aku tersadar dan pandanganku terang kembali,
kebingunganku makin menjadi. Aku berada diruangan yang cukup luas, dan aku
sedang ada dimana. Kenapa aku sendiri berdiri diatas sebuah piringan menyala berwarna
kuning? Dan dilengan kiri ku ada seperti sebuah gadget melingkar seperti
gelang, bertuliskan “START”.
Ketika ku tekan layar bertulisakan “START” tiba-tiba semua
menjadi gelap lagi. Entah ruangan berubah atau aku seperti sedang mengalami
teleportasi. Ya aku berteleportasi ke sebuah pulau kecil dan akhirnya aku
bertemu dengan orang-orang yang ada di sekitar halte bus pagi tadi. Aku sedikit
lega, bisa bertemu dengan seseorang. Aku pun mendekat ke salah satu orang dan
mencoba bertanya dengan orang tersebut, tapi keanehan lain terjadi, aku tidak
bisa berbicara dengan orang tersebut. Orang tersebut itupun tidak bisa
berbicara juga dan tiba-tiba kedua tangannya berayun kiri-kanan sambil pinggulnya
bergerak berlawanan dengan ayunan tangannya. Dan kenapa aku memegang sebuah
cangkul batu?
Belum terjawab kebingunganku, suara klakson bus nyaring
berbunyi seperti memanggil semua orang yang ada disini. Kami pun mendekat ke
bus itu, dan keanehan yang lainpun terjadi, gadget yang ada ditangan kiriku
seperti menarik kami ke dalam bus yang seperti Cuma cukup sekitar 40 orang,
tapi tanpa diduga perkiriaanku 80 sampau
90 orang dipaksa berjejal didalam bus yang mulai berjalan.
Tidak!! Bus ini tidak berjalan melaju, tapi terbang. Jangan
tanyakan ke aku kenapa bus bisa secanggih ini. Ya sepertinya bus terbang ini
menyelamatkan kami untuk kembali ke halte awal dekat apartemenku. Dan akhirnya
ada beberapa orang yang bisa berucap “terima kasih Supir”. Tapi menyakitkan
lagi hanya hanya ucapan terima kasih kepada supir bus saja yang bisa kami
ucapkan.
Karena penuh sesak dalam bus ini, tiba-tiba salah satu
orang terjatuh dari bus yang tinggi ini. Sangat mengerikan terjun dari
ketinggian tanpa sebuah parasut. Tentu saja jantungku berdebug kencang
seandainya aku terjun bebas seperti itu. Tapi keanehan terus berlanjut, semua
orang bergantian terjun bebas tanpa ada perasaan takut.
Aku pun mulai berpikir cepat, apa aku harus terjun juga
klo mau kembali ke apartemenku? Seandainya aku masih tetap di bus, mungkin bus
ini gak akan pernah turun. Dan akhirnya dengan penuh keraguan, aku beranikan
diri untuk melompat dari bus terbang ini. Jantungku terus berpacu kencang tanpa
henti, rasanya ingin langsung mati saja daripada tersiksa dari perasaan bingung
dan ketakutan.
Selama masih mengambang di udara sejenak ku perhatikan
sekeliling, memang benar bus terbang itu tidak pernah turun ke bawah, tapi
terus jalan melewati lintasannya. Dan ku perhatikan juga dari kejauhan
orang-orang seperti mendarat terbantukan seperti parasut kecil. Bagaimana bisa
parasut kecil itu bisa muncul? Padahal semua orang tidak membawa ransel
parasut. Tapi pertanyaan itu langsung terjawab saat aku hampir mendekat tanah,
tiba-tiba sebuah mesin kecil keluar dari gadget di lengan kiri ku dan
mengeluarkan parasut kecil seperti orang lain punya.
Aku pun selamat sampai tepat di atap apartemenku dan yang
anehnya cangkul yang tadi langsung muncul digenggamanku. Ya tentu saja aku
senang bercampur kebingungan. Aku berharap ini Cuma sebuah mimpi buruk dan
aneh. Aku langsung turun melewati tangga menuju kamar apartemenku dengan
membawa cangkul di tanganku. Tapi kenapa sepanjang perjalananku menuju kamar
ada sebuah senjata api laras panjang dan pelurunya berserakan di lantai. Baru
saja aku menunduk memungut senjata dan pelurunya, tiba-tiba seseorang yang ku
kenal datang mendekat, sepertinya dia tetanggaku yang tinggal di lantai 2.
Segera saja aku menyapanya.
Belum aku
pengucapkan sepatah apapun, dia langsung menodongkan sebuah senjata modern
berwarna merah, ku pikir dia sedang bercanda klo dia baru dapat mainan
gelembung air, tapi matanya memandangku dengan penuh ketakutan. Begitu ku ayun
sedikit senjata, suara ledakan dari senapan gelembung air itu mengeluarkan
pecahan peluru dan mengenai tepat di mata dan kepalaku. Tiba – tiba semua
kembali menjadi gelap, aku memang tidak merasakan sakit apapun setelah kepalaku
di sembur peluru. Apa mungkin aku sudah mati?
Setelah gelap kembalilah terang.Tapi kenapa aku kembali ke
ruangan luas dan berdiri diatas piringan bernyala kuning ini lagi?