Mungkin
Cuma bisa cerita lewat tulisan ini. Aku memang tidak pandai berkomunikasi
dengan banyak orang, apalagi tentang keresahan atau kesulitan ku sendiri,
bahkan dengan orang terdekatku sendiri yaitu istri ku.
Sebenarnya
cerita ini bukan sebuah masalah besar bagiku, masalah yang masih bisa ku
selesaikan sendiri, tapi terkadang aku butuh mencurahkan apa yang aku alami
atau keresahan yang ku rasakan
Ya,
karena ini masalah kantor tempat aku baru kerja kurang lebih 2 bulan aku
bertugas disini. Jadi seperti biasa aku gak mungkin cerita ke istri ku, tapi
dengan kalangan kantor sendiri rasanya males aj aku ceritakan.
Mungkin
ini saat yang tepat untukku sedikit belajar cara menulis.
Jadi
begini ceritanya, sekitar 2 bulan kedepan akan nada sebuah event besar akan
diselenggarakan di kantorku, dan kebetulan aku bagian dari panita event besar
itu. Dan salah satu kebutuhan event tersebut membutuhkan sebuah ruangan untuk
penyimpanan logistic perlengkapan event. Dan logistic tersebut sangat penting
dan membutuhkan tempat penyimpanan khusus.
Nah,
kebetulan di kantor ku ini memang ada ruangan khusus tersebut dan memang
terbiasa dipergunakan untuk event yang sama, tapi yang jadi permasalahan adalah
ruangan tersebut bocor dan plafonnya hancur.
Karena
fasilitas yang rusak tersebut harus segera diperbaiki, maka aku pun diminta
untuk mencarikan seseorang atau kuli bangunan untuk memperbaiki gentang bocor
dan plafon yang hancur.
Sebenarnya
mudah saja menemukan orang yang ahli dibidang tersebut, ya, nyari kuli bangunan
itu gampang, apalagi aku juga punya kuli bangunan langganan buat rehab rumahku
sendiri.
Tapi
kebetulan salah satu pimpinan ku (panggil aj dia tante inem) di kantor dan juga
mengendalikan keuangan kantor juga punya kenalan kuli bangunan, panggil aj “om
franky”. Om franky ini juga mengerjakan renovasi rumah orang tuanya tante inem.
Dari situ ya, aku gak ada masalah. Malahan lebih bagus lah ya.
Btw,
cerita sedikit tante inem ini sebenarnya
orang yang sudah lama ku kenal, dia seniorku waktu kuliah dulu dan baru saja
dapat promosi jabatan. Jadi komunikasi ku dengan dia lancar-lancar aj, bahkan
kadang di traktir makan.
Lanjut
soal cerita perbaikan genteng dan plafon. Aku dikasih nomor telpon om franky itu
dan singkatnya om franky sudah di kantor buat liat kondisi yang rusak untuk
memperkirakan kebutuhan material dan ongkos tenaganya.
Setelah
beberapa hari di cek om franky, aku diminta oleh tante inem buat nanyain biaya,
bahan material dan waktu pengerjaan ke om franky.
Om
Franky pun jelasin klo ongkosnya 2,5 Juta, bahan-bahan yang diperlukan dan
waktu yang diperlukan.
Tentu
saja tidak langsung ku iyakan, harus lapor dulu ke tante inem. Singkatnya tante
inem setuju dan nanya kira-kira biaya bahannya.
Ya aku jelasin semua bahan-bahan yang disebutkan Om Franky dan perkiraan
harga yang ku sebutkan, intinya ku bilang ke tante inem klo ongkosnya 2,5 juta
berarti buat beli bahan ya segitu juga. Totalnya siapkan sekitar 5 juta lah. Ya
Tante Inem bilang nanti uangnya di kasihkan ke aku aj buat beli bahannya.
Masalah
mulai pelan-pelan muncul. Tante Inem bilang ke aku klo dia bakalan ngasih duit
klo duit tunjangannya cair.
Lah??
Bukannya ini harusnya pake duit kantor ya, koq harus tunggu duit tunjangannya
cair?
Oke
lah aku coba pahami dulu, mendahulukan.
Jadi
karena aku dan tante inem ini temenan baik, maka aku pun berinisiatif buat
beliin bahannya sebagian. Kira-kira 1 Juta lah aku bantuin, ku pikir pasti
bakalan diganti juga koq. Ya anggapaj
bagian genteng biar aku yang beliin, dan bahan plafon biar tante inem
donk yang beliin, sesuai omonngannya klo tunjangannya cair di kasih aku duit
buat beli bahan.
Pada
saat hari om franky membawa teman-temannya buat perbaiki genteng dan plafon,
aku jelasin ke om franky klo bahannya baru bagian gentengnya dulu.
Ya
om franky dkk gak mempermasalahkan kerja sesuai apa yang harus di kerjakan.
Selagi
om franky dkk kerja, aku tentu saja melapor
ke tante inem, klo bahannya kurang ni buat ngerjakan plafon.
Tapi
apa jawaban? “Duh sekarang kantor lagi gak ada uang cash buat beli bahan
bangunan”
“Kamu
ada gak uang dari bidangmu buat beliin bahan itu”
Trus
ya aku bilang, “Ini aj buat bahan genteng pake duit pribadi saya sendiri”
Tante
Inem bilang, “Anggaran buat perbaikan itu ada, Cuma untuk Kas Kantor lagi
kosong”
Dalam
hati ku, lah ini gimna?????
Mana
yang katanya mau aku duit buat beli bahan. Trus nasib Om Franky ini gimana yang
minta bayaran 2,5 Juta??
Ya
ku bilang ke Tante inem, “Jadi om franky ini Cuma ngerjain genteng yang bocor
aj kah?” Trus klo minta bayarannya gimana?
Muka
tante inem pun pura-pura bego dan bingung. Sambil bilang, “pokoknya kamu atur
aj, aku ikut kamu aja deh”
Dalam
hatku Klo tau gini kan lebih baik om Franky ku cancel aj, gak usah kerja dulu.
Tunggu ada kepastian duitnya dulu baru panggil om franky dkk.
“Iya
dah” kataku keluar ruangan sambil kebingungan.
Singkatnya
setelah berpikir panjang akupun ngambil keputusan, dah biar aj semua urusan
biaya perbaikin genteng dan plafon aku yang nombokin dulu lah, karena udah gak
enak sama om franky dkk. Ya tau sendiri
lah profesi kuli bangunan itu gimana. Dalam hati aku jangan sampai keringatnya
om franky dkk kering sebelum haknya dibayarkan.
Ya
tentu masalah uang ini jadi sumber cerita ini, yang gak mungkin aku ceritakan
pada siapapun bahkan dengan istriku sendiri. Ya Klo tau bakalan uang keluar
dari tabungan tentu aj dia marah besar, walaupun
Allhamdulillah aku masih punya tabungan yang cukup berlebih.
Tapi
buat aku tentu aja ada perasaan kecewa
berat sama tante inem. Karena selama kenal dengan tante inem dengan cukup lama,
tante inem itu adalah orang berada dan pandai bergaul, terutama dengan para
bos-bos.
Ya
memang baru kali ini aku satu Kantor dengan tante inem. Ku pikir dia orang yang
beda dengan kebanyakan orang-orang yang sok kaya.
Tapi
ternyata penampilan, prilaku dan gaya bicaranya seperti layaknya pimpinan tidak
seperti harapan bawahannya, terutama aku yang sudah lama kenal.
Kelihatan
sekali dia selalu berusaha lebih sering tampil di depan umum, dan seperti
terlihat lebih dominan daripada pimpinan utama (Pak Boss) kami di Kantor. Setiap Event dia selalu ada dan menampilkan
diri. Ya mungkin betul seperti “pencitraan” ingin membuktikan dia memang pantas posisi dijabatan itu atau
panas-panas tai ayam Karena baru saja promosi jabatan.
Tadi
pagi saja sebelum aku buat tulisan ini tante inem dan pak boss lagi ngobrol di
ruangan yang lagi diperbaiki, dan ya memang terlihat bahwa dia yang ngehandle
perbaikan ini.
Sebenarnya
sih aku gak pernah peduli dengan prilaku tante inem yang merasa dirinya pintar
dan leadership sejati, toh hidupku masih tenang dan nyaman.
Ya
silahkan saja, tapi jangan nyakiti lingkungan sekitar demi “pencitraan”.
Apalagi
klo berkaitan dengan ketenangan dan kenyamanan aku. Ya pada saat uang
tabunganku keluar untuk keperluan hal-hal sepert itu tentu saja mengusik pikiranku dan buatku dongkol,
apalagi dia gak ngomong sama pak boss klo ini pake duit ku, bahkan dia gak
Tanya ini pake duit siapa.
Intinya
dari cerita ini Aku dah harus siap-siap kehilangan 5 Juta dan gak tau kapan di
kembalikan, entah bisa atau nggak, aku merasa dah gak peduli dan kecewa berat.